Kirim ini ke Facebook Anda..

Dulu sewaktu demam Facebook mulai melanda saya ada teman yang bener bener facebooker sejati, Status Facebooknya selalu “gres” atawa update. Dia sedang senang mendapat proyek dari klien. Dia sedang marah-marah atas politikus yang mendongkel Sri Mulyani. Dia sedang menyeruput cappuccino. Lagi ketemu sama cewek yang cakep kayak bidadari, Saking aktifnya, mungkin cuma saat ke toilet saja dia gak kasih tahukeadaannya lewat Facebook.
Tapi itu dulu. Kini, “bulan madunya” dengan Facebook sudah berlalu. “Facebook sudah membosankan,” katanya. Apalagi ada “gadis lain” yang lebih memikatnya, yakni Twitter, yang kini sedang menjadi demam di kalangan anak muda.
Facebook membosankan? Itu sudah bukan rahasia lagi. Ketika banyak orang mengajak kita berteman, tak semua teman dikenal. Ada orang yang pekerjaannya seperti berlomba menambah teman, seolah-olah yang memiliki teman banyak akan dapat hadiah.
Saat orang-orang ini memperbarui statusnya, maka pengguna Facebook otomatis mendapat pemberitahuan. Misalnya “Si A sedang bad mood”. Bila kita memiliki 5.000 teman, bisa dibayangkan saban hari Facebook kita kebanjiran pemberitahuan dari teman yang tak dikenal.
Gangguan itu makin parah kalau teman itu bermain game, seperti FarmVille atau Mafia Wars. Saat teman memanen labu, otomatis game tersebut memberi tahu, “Si Dudi sedang panen labu”. Atau “Saya baru saja membunuh bandit”.
Inilah yang membikin pengguna Facebook sewot. “Siapa peduli dia sedang panen tomat atau sedang menembak polisi?” kata teman saya.
Fitur pemberitahuan ini memang bisa dimatikan sehingga orang tak terganggu.
Tapi mayoritas pengguna Facebook adalah orang awam. Jadi mereka terpaksa nrimo pemberitahuan-pemberitahuan sampah tersebut atau mereka marah dan putus hubungan dengan Facebook.
Ini berbeda dengan Twitter. Pengguna hanya mendapat pesan dari orang yang diikuti bukan teman. Jadi berita yang diterima sudah tersaring sesuai dengan selera.
Karakter Twitter juga berbeda dengan Facebook. Pesan Twitter yang cuma berisi 140 karakter cenderung diisi berita atau tautan berita. Ini membuat Twitter segar. Berbeda dengan Facebook, yang cenderung berisi hal-hal narsistik.
Facebook sudah semakin tua. Tapi, anehnya, ia justru ditinggalkan orang orang tua. Survei yang dilakukan YuGov BrandIndex menunjukkan hal itu. Meski Facebook mengklaim telah memiliki anggota lebih dari 400 juta orang–20 juta orang di antaranya berasal dari Indonesia–survei membuktikan bahwa orang-orang berumur 35 tahun ke atas mulai cenderung tak suka Facebook.
Data YuGov menunjukkan bahwa persentase pengguna Facebook yang berumur 35 tahun ke atas turun, dari 26,7 persen menjadi 21. Sedangkan jumlah pengguna berusia 18-34 tahun justru meningkat.
Kalau kondisinya seperti itu, bukan mustahil Facebook akan segera mengikuti jejak Friendster. Lima-enam tahun lalu orang merasa kurang “pede” bila tak punya akun di Friendster. Tapi situs pertemanan ini ditinggalkan saat Facebook mulai naik daun. Kini fenomena itu terjadi pada Facebook.
Memang tak ada yang berani meramalkan pesta bagi Facebook akan segera usai.
Facebook kini malah semakin merambah dunia bisnis. Contohnya, mereka meluncurkan kartu kredit Facebook. Main game atau beli lagu, semua bisa dilakukan dengan kartu kredit virtual Facebook.
3 komentar:
hmm . , banyak yg mau ngalahin FB . ,
twitter udah lama ada , dan bisa jadi jalan lain setelah FB . , saya sii udah buat dan sering nge-teet , tp yg paling saya suka adalah blogger . ,
Betul brader mending blogger di banding maen yg lain...rasanya ga pernah ada bosannya kalo di blogger...BRAVO BLOGGER...!!
hehehe...sekedar memperbaiki peringkatku di blog ini brader...kalo ga salah 21 komentar yaa,,,,hihihih..txs,,
Posting Komentar